Kamis, 22 Desember 2011



TUGAS SASTRA DAERAH

PROSA DAN DRAMA


unhalu warna.jpg


OLEH:
ROSMANA
A1D1 08 062


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSUTAS HALUOLEO
KENDARI
2011

Pengertian Prosa
Kata prosa berasal dari bahasa Latin yakni oratio provorsa artinya ucapan langsung. Jadi prosa dapat dikatakan sebagai karya sastra yang bersifat paparan, dan tidak terrikat oleh aturan-aturan. Menurut zamannya (masanya) prosa dibedakan menjadi dua periode yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama sebagai gambaran kehidupan masyarakat pada zaman dahulu,
yaitu kehidupan masyarakat sebelum memiliki rasa kesadaran nasional. Jika dibatasi dengan tahun, prosa lama ini berkembang sebelum tahun 1900. Prosa lama dibedakan beberapa jenis di antaranya dongeng, cerita rakyat (fokslore), cerita pelipur lara, hikayat, tambo, epos (wiracarita), cerita berbingkai, dan kitab-kitab.
Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceritera. (aminuddin, 2002:66). Sedangkan M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono (dalam Tjahyono, 1988:106) mengemukakan pengertian prosa fiksi (fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera berplot, atau ceritera rekaan disingkat cerkan) adalah bentuk ceritera atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya imajinasi.
Pengertian lain dikemukakan oleh Sudjiman, (1984:17) yang menyebut fiksi ini dengan istilah ceritera rekaan, yaitu kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, dalam ragam prosa.
Logika dalam prosa fiksi adlah logika imajnatif, sedangkan logika dalam nonfiksi adalah logika faktual.

Jenis Prosa Fiksi
Prosa fiksi dapat dibedakan atas cerita pendek dan novel. Ada juga yang memilahnya menjadi tiga, selain cerpen, dan novel, tersebut juga istilah roman.

Cerpen
Nurgiantoro (2000:10) mengutip Edgar Alan Poe yang mengatakan cerpen merupakan prosa fiksi yang dibaca selesai sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah jam sampai dua jam, yang agak sulit jika dilakukan untuk sebuah novel.
Sudjiman (1984:14) mengemukakan bahwa ceritera pendek adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal dominan.
Plot cerpen biasanya tungggal, hanya terdiri dari satu urutan peristiwa, dan urutan peristiwa bias terjadi dari mana saja. Kalaupun ada perkenalan tokoh dan latar, tidak berkepanjangan. Karena plot tunggal, konflik dan klimak pun biasanya bersifat tunggal pula.
Tema dalam ceritera pendek biasanya hanya berisi satu tema. Hal itu berkaitan dengan keadaan plot yang juga tunggal dan pelaku yang terbatas. Sebaliknya, novel dapat saja menawarkan lebih dari satu tema, yaitu satu tema utama dan tema-tema tambahan.
Penokohan cerpen hanyaterbatas, apalagi yang bersetatus tokoh utama. Tokoh cerpen terbatas baik jumlah maupun data-data tokoh, misalnya terkait dengan perwtakan. Dengan demikian pembaca harus menyimpulkan dan menerka sendiri perwatakan lengkap yang muncul dalam cerpen.
Pelukisan latar cerpen tidak memerlukan detil khusus tentang keadaan luar, misalnya tentang tempat dan social. Cerpen hanya memerlukan pelukisan secara garis besar saja atau bahkan secara implicit asal telah mampu memberikan suasana tertentu yang dimaksudkan (Nurgianytoro, 2000:13).
Cerpen lebih bias mendukung unity. Artinya segala sesuatu yang diceriterakan mendukung tema utama. Semua unsure pembentuk cerpen harus saling berkaitan. Pencapaian kepaduan cerpen lebih mudah dicapai. Dalam novel agak sulit karena biasanya novel terbagi atas bab yang masing-masing berisi ceritera yang berbeda.

Novel
Novel berasa dari kata novella (Italia) yang secara harfiah berarti ”sebuah barang baru yang kecil”. Novel pengertian menurut Sudjiman (1998:53) prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.
Plot novel, karena tidak keterkaitan dengan panjangnyua tulisan, umumnya memiliki lebih dari satu plot. Plot novel biasanya terdiri plot utama dan subplot.
Tema dalam novel tidak menutup kemungkinan terdiri atas lebih dari satu tema, yaitu tema utama dan tema-tema tambahan.
Tokoh-tokoh dalam novel biasanya diceriterakan lebih lengkap, misalnya cirri-ciri fisik, keadaan social, tingkah laku, sifat dan kebiasaan.
Pelukisan latar dalam novel, umumnya lebih rinci, sehingga dapat menggambarkan latar lebih jelas, konkret dan pasti.






Ciri-Ciri Prosa 

1. Statis
     Kalau kita baca Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Bangsawan, dan prosa lama yang lain, bentuknya selalu sama, pola-pola kalimatnya sama, malahan banyak kalimat dan ungkapan sama betul, tema ceritanya pun sama.
2. Diferensiasi sedikit
    Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
3. Tradisional
    Prosa lama memiliki pola-pola bentuk yang dijadikan transisi. Kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering diulang-ulang.
4. Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat
     Kebanyakan hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya. Kalau dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan bukan nama pengarang yang sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.
5. Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
      Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu dan kejadian-kejadiannya (tidak kronologis). Nama-nama tempat terjadinya perisitiwa juga tidak jelas.
6. Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
  • Banyak memakai kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, misalnya: harta, syahdan, maka, arkian, sebermula, dan lalu.
  • Banyak memakai bentuk yang tetap sehingga terdapat banyak pengulangan kata, misalnya: Kata sahibul hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andalas Palembang namanya, Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan, Muara Tatang nama sungainya. (dari Sejarah Melayu)
  • Banyak memakai bentuk partikel pun dan lah
  • Banyak memakai kalimat inversi, misalnya: Syahdan maka bertemulah rakyat Siam dengan rakyat Keling, lalu berperang. Lalu diceritakanlah segala kelakuan tuan putri dengan nahkoda itu.

7. Pokok Cerita
     Selalu raja-raja dengan istananya, pemerintahannya, orang bawahannya, dan lain-lain. Tidak pernah menceritakan orang kebanyakan, kalaupun ada, yang diceritakan adalah orang kebanyakan yang luar biasa. Misalnya, orang yang sangat dungu atau yang sangat cerdik dan orang yang selalu malang.
Sastra lama yang berbentuk prosa, umumnya mempunyai ciri-ciri
1.      Ceritanya seputar kehidupari istana. Karena itu bersifat istana sentris.
2.      Menggambarkan tradisi masyarakat yang lebih menonjolkan kekolektifan daripada keindividualan. Sebagai akibat logisnya, sastra lama dianggap milik bersama (kolektif).
3.      Konsekuensi dari ciri kedua, sastra lama bersifat anonim, pengarangnya tidak dikenal
4.       Sastra lama bersifat lisan, disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan, dari mulut ke mulut (leluri).

Prosa lama terbagi atas:
1. Bidal

      Bidal adalah cara berbicara dengan menggunakan bahasa kias. Bidal terdiri dari beberapa macam, diantaranya:

a. Pepatah
            Pepatah adalah suatu peri bahasa yang mengunakan bahasa kias dengan maksud mematahkan ucapan orang lain atau untuk menasehati orang lain. Contoh: Malu bertanya sesat di jalan, dan Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.
b. Tamsil
Tamsil (ibarat) adalah suatu peribahasa yang berusaha memberikan penjelasan dengan perumpamaan dengan maksud menyindir, menasihati, atau memperingatkan seseorang dari sesuatu yang dianggap tidak benar. Contoh: Tua-tua keladi ,makin tua makin menjadi, Keras-keras kersik, kena air lemut juga.

c. Kiasan
Ungkapan tertentu untukmenyampaikan maksud yang sebenarnya kepada seseorang karena sifat, karakter, atau keadaan tubuh yang dimilikinya. Kata-kata sebutan yang digunakan dengan cara tersebut dinamakan bahasa kiasan.

Contoh: Makan tangan = memperoleh keuntungan besar
Buah hati = kekasih atau orang yang sangat dicintai.
d. Perumpamaan
Perumpamaan adalah suatu peribahasa yang digunakan seseorang dengan cara membandingkan suatu keadaan atau tingkah laku seseorang dengan keadaan alam, benda, atau makhluk alam semesta. Contoh: Seperti anjing makan tulang, Seperti durian dengan mentimun.
e. Pemeo
Pemeo adalah suatu peribahasa yang digunakan untuk berolok-olok, menyindir atau mengejek seseorang atau suatu keadaan.
Contoh:
Ladang Padang, orang Betawi: maksudnya berlagak seperti orang Padang padahal dia orang
Betawi atau orang Betawi yang berlagak kepadang-padangan. Bual anak Deli: maksudnya membual seperti membualnya daerah Deli yang terus menerus, namun isinya tidakbermakna.

2. Hikayat

         Hikayat berasal dari India dan Arab, yaitu bentuk sastra lama yang berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran,putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib.kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah.
Hikayat memiliki ciri-ciri:
a.       Ceritanya berkisar pada sikap kepahlawanan tokoh-tokoh istana (istana sentris).
b.      Kisahnya bercampur dengan dunia khayal yang dalam banyak hal dilebih-lebihkan.
c.       Pada umumnya dihubungkan dengan peristiwa sejarah tertentu.
Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman,

3. Sejarah atau Tambo

          Sejarah disebut juga Tambo, berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata sajaratun yang berarti pohon. Sejarah adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta.
Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama.
Contoh:
Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612
.
4. Dongeng

Bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yangluar biasa dengan penuh khayalan. Fungsi dongeng hanyalah sebagai penghibur hati saja atau pelipur lara. Itulah sebabnya dongeng disebut juga cerita pelipur lara.

Bentuk-bentuk cerita dongeng:
a.        Mite
Dongeng yang berisikan tentang hal-hal yang gaibatau alam gaib, seperti dewa, peri ataupun Tuhan.
Contoh:
Cerita Dewi Sinta yang diculik oleh Rahwana, Cerita Nyi Roro kidul (menceritakan dewa-dewi, bidadari dan roh halus), dan Dongeng Abu Nawas
b.      Sage
Dongeng tentang kepahlawanan,keperkasaan, serta kesaktian raja, pangeran atau tokoh-tokoh tertentu.
Contoh;
Dongeng Kesaktian Hang Tuah, Dongeng Kesaktian dan keperkasaan Patih Gajah Mada
c.        Fabel
Fabel adalah dongeng tentang binatang yang bisa berbicara dan bertingkah laku seperti manusia.
Contoh:
Cerita Si Kancil yang Cerdik, Dongeng Perlombaan kancil dan siput (mengisahkan perlombaan kancil dan siput dengan siput dibantu dengan kawan-kawannya)
d.      Legenda
Dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah.
Contoh:
Cerita tentang Tangkuban perahu (mengisahkan Sangkuriang yang ingin mengawini ibu kandungnya sendiri), Dongeng Malinkundang (mengisahkan anak yang durhaka kepada Ibunya), Dongeng terjadinya Kota Bandung

e.       Penggeli Hati
Penggeli hati adalah cerita komedi yang berkembang dalam suatu masyarakat.
Contoh:
Si Kabayan, Cerita Pak Belalang, Cerita Lebai Malang, Abu Nawas, dll.
f.       Cerita perumpamaan
Dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik.
Misalnya, orang yang pelit akan dinasehati dengan cerita Haji Bakhil atau Haji Pelit. Yang sombong akan dinasehati dengan cerita Firaun.

5. Kisah
Karya sastra lama yang berisikan cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain.
 Contoh kisah dalam karya sastra lama, antara lain:
a.       Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan
b.      Kisah Abdullah ke Jedah.






 

 

 

 

 

 

 

Pengertian Drama

Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1.      Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2.      Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1.      Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2.      Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3.      Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4.      Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5.      Lelucon/Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6.      Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7.      Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8.      Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9.      Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10.  Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
Jenis-jenis Dramablank
1. Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu
·         Drama Baru/Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan memberikan pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari. Contoh drama baru/modern adalah sinetron, opera, dan film.
·         Drama Lama/Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan sebagainya. Contoh drama tradisional/klasik, seperti  lenong (pertunjukan sandiwara dengan gambang kromong dari Jakarta), topeng Betawi, dagelan/ketoprak (sandiwara tradisional Jawa dengan iringan musik gamelan, diringi tarian dan tembang), wayang yang dimainkan seorang dalang, dan randai (tarian yang dibawakan oleh sekelompok orang yang berkeliling membentuk lingkaran dan menarikannya sambil bernyanyi dan bertepuk tangan).
2. Drama menurut   kandungan isi ceritanya, yaitu
  • Drama Komedi Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
  • Drama Tragedi Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
  • Drama Tragedi Komedi Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
  • Opera Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
  • Lelucon/Dagelan Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
  • Operet / Operette Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
  • Pantomim Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
  • Tablo Tablo adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
  • Passie Passie adalah drama yang mengandung unsur agama/relijius.
  • Wayang Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.
 Pada umumnya terdapat tiga jenis drama yang utama, iaitu:
  • Tragedi – sebuah drama yang mengisahkan suka duka dan tragisnya kehidupan wira utamanya. Kisah wira ini selalunya berakhir dengan tragedi. Dalam drama ini perjalanan kisahnya menemui tragedi itulah yang utama.
  • Komedi – Drama ini memaparkan kisahnya dalam bentuk lucu dan menghiburkan. Ceritanya serius,  tetapi disampaikan dalam bentuk kelucuan oleh watak-wataknya. Drama ini selalunya digunakan untuk menyindir masyarakat. Plot drama komedi boleh berakhir dengan kepuasan penonton (kegembiraan) dan boleh juga berakhir dengan kedukaan .Drama begini dikenali juga sebagai tragik-komedi.
  • Melodrama – Drama ini bersifat sentimental dan ceritanya sering berpusat pada persoalan keluarga atau wanita. Drama ini selalunya akan menyentuh emosi pembaca atau penonton.
CIRI-CIRI DRAMA
Pada umumnya, drama mempunyai ciri-ciri yang berikut:
  • Drama merupakan prosa moden yang dihasilkan sebagai naskhah untuk dibaca dan dipentaskan.
  • Naskhah drama boleh berbentuk prosa atau puisi.
  • Drama terdiri daripada dialog yang disusun oleh pengarang dengan watak yang diwujudkan. 
  • Pemikiran dan gagasan pengarang disampaikan melalui dialog watak-wataknya.
  • Konflik ialah unsur penting dalam drama. Konflik digerakkan oleh watak-watak dalam plot, elemen penting dalam sesebuah skrip.
  • Konflik ialah unsur penting dalam drama. Konflik digerakkan oleh  watak-watak dalam plot, elemen penting dalam sesebuah skrip drama.
  • Sebuah skrip yang tidak didasari oleh konflik tidak dianggap sebuah drama yang baik.
  • Gaya bahasa dalam sesebuah drama juga penting kerana ia menunjukkan latar masa dan masyarakat yang diwakilinya, sekali gus drama ini mencerminkan sosiobudaya masyarakat yang digambarkan oleh pengarang.


STRUKTUR DRAMA
Pada dasarnya sesebuah drama mempunyai struktur tiga bahagian babakan (three act structure). Sejak drama tragedi Greek, drama Elizabeth (Inggeris) hingga  drama moden dan lakon layar filem, kesemua struktur skripnya dipecahkan kepada tiga bahagian. Perbandingannya adalah seperti kehidupan manusia yang terbahagi semasa dilahirkan, dewasa dan akhir hayatnya.
Sebelum memulakan sebarang bentuk tulisan, kita perlu mempunyai asas yang kukuh. Hal ini  demikian  kerana asas yang teguh akan mendukung struktur, konsep dan visi sesebuah drama. Ia akan menghasilkan satu rangka kerja atau karya yang kukuh yang tidak mudah pecah. Tanpa asas yang kukuh akan hanya menghasilkan kekecewaan, kebuntuan atau yang sering dikatakan sebagai “writers block”.
Kebuntuan lahir disebabkan tidak adanya perancangan. Tanpa perancangan, ia menyukarkan penulis mencari arah atau jalan yang betul dalam menghasilkan cerita.
Tiga elemen yang cukup penting yang perlu diberikan tumpuan oleh penulis sebelum memulakan penulisan skripnya ialah:
1.      Fokus
2.      Logik
3.      Perwatakan.
Fokus
Untuk sebuah cerita sentiasa dalam kesatuan, watak-watak dan cara  mereka berfungsi memerlukan fokus atau tumpuan. Ia tidak ada bezanya sama ada jalan cerita kita berbentuk linear, non-linear (spiral) atau selari. Sentiasa memberikan tumpuan yang kukuh akan menjadikan proses penulisan kita mudah dan lancar. Fokus memerlukan beberapa pertimbangan. Yang utama adalah dengan  mengetahui watak-watak (siapa mereka?), latar, sifat dan perkembangan mereka. Fokus juga memerlukan perwatakan dan cerita secara keseluruhan mempunyai matlamat yang jelas pada akhirnya.
Logik
Apabila kita menghasilkan cerita dengan segala perwatakannya, tema dan ruang tempat, kita sebenarnya terlibat dengan penciptaan. Segala perwatakan, tema dan ruang masa serta tempat mempunyai peraturannya sendiri sebagaimana sebuah dunia dicipta. Sebab itu penulis drama sering dikatakan mencipta sebuah dunia. Akan tetapi dunia bagaimanakah yang dicipta itu? Bagaimanakah kehidupannya? Drama mengangkat atau meniru realiti (kehidupan), tetapi realiti yang bagaimana? Oleh itu realiti sesebuah drama perlu dilihat dalam konteks ceritanya, perwatakan dan temanya. Di sinilah logik drama tersebut diukur.
Watak dan Perwatakan
Sebuah skrip drama yang baik mesti mempunyai watak-watak yang mampu membawa cerita untuk terus berkembang. Watak-watak inilah yang menjadi cerita, dan kuasa merekalah yang menghidupkan cerita. Oleh itu watak ialah  elemen terpenting dalam drama. Wataklah yang menggerakkan plot cerita.  Dalam sesebuah drama terdapat watak utama dan watak sampingan. Selalunya dalam sesebuah drama terdapat satu watak utama, tetapi pada saya sesebuah drama mempunyai dua watak utama,  iaitu watak protagonis (watak yang menyokong idea penulis) dan watak antogonis (watak yang menentang idea penulis). Pertentangan idea ini akan menimbulkan konflik dan pertentangan konflik inilah yang membentuk struktur konflik dramatik yang menarik. Watak sampingan ialah watak-watak yang lain yang menyokong protagonis ataupun antogonis atau watak-watak yang melengkapkan cerita.
ELEMEN DRAMA
Elemen drama yang perlu diketahui oleh bakal penulis skrip ialah:
Tema/Pemikiran
Tema ialah idea atau persoalan pokok yang dapat dirumuskan daripada keseluruhan inti pati cerita. Persoalan pokok ini merupakan gagasan yang ingin disampaikan oleh  penulis dalam skripnya. Pemikiran ini disampaikan melalui dialog dan aksi watak-wataknya. Pembaca naskhah atau penonton drama yang sensitif akan dapat menangkap idea atau persoalan pokok ini selepas selesai membaca skrip atau menonton teater. Malah,  selalunya mereka bukan sahaja dapat menangkap idea atau tema drama tersebut, tetapi juga mereka akan dapat menjaring maksud lain atau lapisan maksud yang lain yang terkandung dalam drama tersebut. Pemikiran yang tersembunyi yang hanya dapat ditafsir oleh pembaca atau penonton yang mahu berfikir atau memahami perlambangan yang digunakan atau unsur cerita yang disampaikan oleh penulis dinamakan sebagai sub-teks.
Plot
Plot sangat penting dalam pembinaan struktur drama. Plot adalah struktur drama yang dibina melalui dialog dan aksi setiap watak. Dialog terbina melalui kata-kata atau bahasa. Melalui dialog inilah konflik dan perkembangan cerita berlaku. Seperti yang dijelaskan sebelum ini, konflik memainkan peranan yang cukup penting dalam membangunkan struktur sebuah drama. Bertolak daripada konflik dan ketegangan inilah sesuatu peristiwa digerakkan dan dilanjutkan perkembangannya hingga kepada peleraiannya atau kesimpulan cerita. Plot bukan cerita atau naratif. Mengikut E.M. Forster cerita ialah huraian tentang peristiwa yang disusun mengikut urutan waktu. Plot ialah jalan cerita yang memberikan maklumat cerita. Ia dibina oleh watak dan apa yang berlaku melalui kesan sebab dan akibat dalam ruang dan waktu.
Penulis perlu memahami bahawa dalam sesebuah persembahan teater, usaha menarik perhatian penonton dan menahan perhatian mereka selama mungkin ialah  tugas yang cukup penting. Sebuah plot mesti berupaya menarik perhatian dan mencipta suspens  dan di sinilah kesemua binaan dramatik memberi tumpuan. Harapan atau jangkaan penonton atau pembaca mesti dibina (tetapi hanya diselesaikan pada babak adegan terakhir), aksi (adegan) mesti kelihatan hampir mencapai objektifnya tetapi ia perlu tidak tercapai sehinggalah di akhir adegan, dan yang paling penting sebuah plot mesti mempunyai kepelbagaian (variasi) rentak dan tempo. Sebuah plot yang monotonos akan hanya menghilangkan minat penonton dan akhirnya kelihatan hambar dan mendatar.
tersebut.
Dalam pembentukan plot, setiap watak bergerak dalam kerangka sebab dan akibat. Sesuatu peristiwa berlaku disebabkan oleh sesuatu alasan yang kukuh dan ia akan menghasilkan sesuatu akibat yang wajar. Ia merupakan  hukum yang mempunyai logikanya yang tersendiri. Oleh itu,  seseorang penulis perlu memastikan tindakan sesuatu watak itu wajar mengikut latar watak, tempat dan waktu, dan peristiwanya dan akibat yang berlaku itu adalah munasabah.
Latar
Elemen tempat, masa atau zaman serta masyarakat yang diceritakan selalunya dijelaskan melalui latar. Latar dalam drama  penting dijelaskan, tetapi perincian latar dalam drama adalah terhad. Ia hanya perlu untuk tujuan pementasan untuk menjelaskan tentang tempat dan masa, cukup untuk memberikan panduan kepada pembaca atau penonton. Berbanding dengan filem atau televisyen, drama pentas menghadapi kekangan dalam menukar set atau prop yang kerap dari satu babak ke satu babak yang lain.
Babak
Bahagian dalam drama yang menjelaskan peristiwa yang berlaku dalam sesuatu latar tempat dan masa disebut babak. Pertukaran latar tempat dan masa membawa perubahan babak.
Adegan
Adegan merupakan pecahan dalam sesuatu babak yang menjelaskan sesuatu peristiwa yang berlaku dalam sesuatu latar tempat tetapi pada masa yang berbeza.
Bahasa
Asas sebuah drama ialah perkataan atau dialog. Drama terbina oleh dialog dan aksi. Oleh itu,  bahasa yang menjadi asas perkataan adalah elemen yang cukup penting bagi sesebuah drama. Daripada bahasa yang dituturkan oleh pelakon itu, pemikiran dan gagasan pengarang disampaikan. Sesebuah drama yang baik akan menggunakan bahasa yang ringkas, padat dan mudah difahami supaya berkesan kepada penonton. Gaya bahasa atau dialog yang meleret dan sukar difahami akan menyebabkan pembaca dan penonton bosan dan akhirnya hilang tumpuan. Gaya bahasa yang baik dalam sesebuah drama akan memberikan latar zaman, masyarakat dan tempat. Justeru itu, dialek sesuatu daerah boleh digunakan oleh sesuatu watak untuk menghidupkan lagi perwatakannya, tetapi pastikan yang pembaca dan penonton dapat memahami dialek tersebut. Kekuatan sesuatu watak itu terpancar daripada kualiti dialog yang diucapkannya. Watak yang gagal mengucapkan dialog kuat, humor dan menarik akan sukar menarik perhatian penonton. Oleh itu,  pemilihan diksi, ayat atau unsur bahasa penting dalam mengekalkan keinginan pembaca dan penonton sesebuah drama.
Ekonomi, emosi dan keseimbangan
Secara keseluruhannya struktur sesebuah drama bergantung kepada keseimbangan dalam semua elemen. Setiap suatu elemen tersebut mestilah memberikan sumbangan dalam membentuk corak dan pola sesebuah drama itu. Setiap suatu elemen itu sentiasa berkaitan dan bergantungan antara satu sama lain. Satu aspek yang mesti juga diberi perhatian oleh penulis skrip ialah faktor ekenomi. Hai ini demikian  kerana drama ialah satu bentuk komunikasi yang  elemen masa memainkan peranan yang penting. Oleh itu,  faktor masa perlu diberikan perhatian. Selain itu, drama juga merangkumi aspek emosi. Hai ini demikian  kerana sesebuah drama itu dihasilkan untuk manusia dan emosi memainkan peranan penting dalam soal komunikasi kemanusiaan..
Format Skrip Drama Pentas
Skrip drama pentas mempunyai formatnya yang sendiri. Anda wajar mengikut format yang standard apabila menulis skrip supaya ia mudah dibaca, difahami oleh pengarah drama dan yang penting ia menunjukkan yang anda memahami genre sastera yang anda tulis. Dalam format penulisan skrip, anda perlu memuatkan perkara-perkara yang  berikut:
·         Muka surat judul yang mempunyai judul drama anda, nama penulis (nama anda), judul sumber asal (novel) jika skrip drama itu karya adaptasi, nama dan tempat terbit (jika diterbitkan) dan tahun.
·         Sinopsis. Anda perlu juga menulis sinopsis atau ringkasan drama anda (kira-kira 150 patah perkataan). Sinopsis ini perlu memberikan maklumat tentang watak, tema dan perjalanan cerita dan yang penting mampu menarik minat pembaca untuk membaca seterusnya skrip drama anda.
·         Watak dan senarai watak – Anda perlu memberikan senarai watak yang terlibat dalam drama anda serta deskripsi ringkas tentang perwatakannya seperti bentuk fizikal, usia dan sifat-sifat tertentu watak itu.
·         Pecahan babak juga perlu.
·         Adegan atau babak sesebuah drama berlaku dalam satu ruang tempat, masa dan watak. Oleh itu,  ruang tempat, masa dan watak perlu juga diberitahu sebelum sesuatu adegan itu bermula.
·         Format atau stail menaip skrip terdapat beberapa bentuk. Lihatlah bentuknya daripada beberapa skrip yang pernah anda baca. Di sini saya sertakan satu contoh bagaimana sebuah skrip drama pentas ditulis, petikan babak 12 drama “Patah Sayap Terbang Jua” tulisan Othman Haji Zainuddin yang diadaptasi daripada novel Patah Sayap Terbang Jua karya A. Samad Ismail.







BAB IV
TEORI FILOLOGI DAN PENERAPANNYA
4.      Pengertian Naskah
Objek penelitian filologi adalah tulisan tangan yang meyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaann sebagai hasil budaya bangsa masa lampau.
5.      Naskah dan Prasasti
a.       Naskah pada umumnya berupa buku atau bahan tulisan tangan sedangkan prasasti berupa tulisan tangan pada batu.
b.      Naskah pada umumnya panjang karena memuat cerita lengkap sedangkan prasasti pada umumnya pendek karena memuat soal-soal yang ringkas saja.
c.       Naskah pada umumnya anonim dan tidak berangka tahun sedangkan prasasti sering menyebut nama penulisnya dan adakalanya memuat angka tahun.
d.      Naskah berjumlah banyak karena disalin. Prasasti tidak disalin sehingga jumlahnya relatif tidak kurang lebih lima ratus buah.
e.       Naskah yang paling tua yaitu Tjandra-Karana (dalam bahasa Jawa Kuno). Prasasti yang paling tua dari abad ke-4 (Prasasti Kutai).
6.      Kodiologi
Kodiologi adalah ilmu kodeks . Kodeks adalah bahan tulisan tangan atau buku tulisan tangan terutama dari teks-teks klasik.
a.        Pengertian Teks
Teks artinya kandungan atau muatan naskah atau sesuatu yang abstrak yang hanya dapat dibabyangkan saja. Teks menjadi jelas apabila terdapat naskah yang mudah tetapi mengandung teks yang tua. Teks terdiri atas isi yaitu ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Bentuk teks yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya bahasa, dan sebagainya.
Secara garis besar ada tiga macam teks:
1.      Teks lisan (tidak tertulis)
2.      Teks naskah tulisan tangan
3.      Teks cetakan
b.      Tekstologi
Ilmu yang mempelajari seluk-beluk teks disebut tekstologi, yang antara lain meneliti penjelmaan dan penurunan teks sebuah karya sastra, penafsiran, dan pemahaman.
Jarang ada teks yang bentuk aslinya atau bentuk sempurnanya sekaligus jelas dan tersedia. Menurut de Haan (1973) mengenai terjadinya teks ada beberapa kemungkinan.
1.      Aslinya hanya ada dalam ingatan pengarang atau pengelola cerita.
2.      Aslinya adalah teks tertulis.
3.      Aslinya merupakan teks yang tidak mengizinkan kebebasan.
Antara teks tulisan dan lisan tidak ada perbedaan yang tegas. Dalam sastra melayu, hikayat dan syair dibacakan keras-keras kepada pendengar. Hal ini berarti bahwa hikayat dan syair yang sudah dibukukan dari cerita lisan dan disesuaikan dengan sastra tulis tidak dibaca seorang diri tetapi dibaca bersama. Kebiasaan ini berhubungan erat dengan ciri umum sastra Indonesia terutama sastra lisan merupakan milik bersama. Ciri ini berlaku pula bagi teks dalam naskah yang sudah ratusan tahun tuanya.
4.      Kritik Teks
Teks pada umumnya disalin dengan tujuan tertentu. Frekuensi penyalinan naskah tergantung pada sambutan masyarakat terhadap suatu naskah. Dalam hal teks profan yang dianggap milik bersama, frekuensi tinggi penyalinan menunjukkan bahwa naskah itu sangat digemari sedangkan sebaliknya merupakan petunjuk kurang populernya suatu naskah.
a.       Paleografi
Paleografi adalah ilmu macam tulisan kuna. Ilmu ini mutlak perlu untuk penelitian tulisan kuna atau batu, logam, atau bahan lainnya. Paleografi mempunyai dua tujuan (Niermeyer, 1947: 47) pertama yaitu menjabarkan tulisan kuna karena beberapa tulisan kuna sangat sulit dibaca kemudian yang kedua adalah menempatkan berbagai peninggalan tertulis dalam rangka perkembangan umum tulisannya dan atas dasar itu menentukan waktu dan tempat terjadinya tulisan tertentu.
b.      Transliterasi
Transliterasi artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Istilah ini dipakai bersama dengan istilah transkripsi dengan pengertian yang sama pada penggantian jenis tulisan naskah. Penggantian jenis tulisan pada prasasti umumnya memakai istilah transkripsi. Apabila istilah transkripsi dibedakan dari istilah transliterasi maka transkripsi diartikan sebagai salinan atau turunan tanpa mengganti macam tulisan (hurufnya tetap sama).
c.       Perbandingan Teks
Pada umumnya suatu teks diwakili oleh lebih dari satu naskah yang tidak selalu sama bacaannya atau yang berbeda dalam berbagai hal. Untuk menentukan teks yang paling dapat dipertanggungjawabkan sebagai dasar suntingan perlu diadakan perbandingan naskah. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membaca dan menilai semua naskah yang ada mana yang dapat dipandang sebagai naskah objek penelitian dan mana yang tidak. Apabila jelas diketahui dari berbagai keterangan yang terdapat dalam dan di luar suatu teks bahwa teks itu salinan dari teks lain dan tidak menunjukkan kekhususan apapun maka teks ini dapat disisihkan karena dipandang tidak ada gunanya dalam penentuan teks dasar suntingan.
5.      Metode Penelitian
a.       Pencatan dan Pengumpulan Naskah
Apabila kita telah menentukan untuk meneliti suatu naskah maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencatat naskah dan teks cetakan yang berjudul sama atau berisi cerita yang sama, yang terbuat dalam katalogus diberbagai perpustakaan. Untuk mendpat bahan penelitiana yang lengkap guna penafsiran teks yang tepat dari berbagai segi perlu pula dikumpulkan alasan ulasan mengenai teks naskah itu seluruhnya atu sebagian dalam karya-karya lain. Adakalanya naskah terdapat dalam jumlah yang lebih dari satu tapi dapat juga terjadi naskah itu satu-satunya saksi. Apabila teks terdapat dalam sejumlah besar naskah maka perlu diadakan perbandingan. Setelah diperoleh gambaran garis keturunan versi-versi dan naskah, tindakan selanjutnya adalah resensi atau pensahihan yaitu penentuan arketip atau naskah mula berdasarkan perbandingan naskah yang ternasuk satu tema. Setelah itu dilakukan emendasi, yaitu pembetulan dalam arti mengembalikan teks kepada bentuk yang dipandang asli yang kepar kali dilakukan melalui kritik teks.
b.      Metode Kritik Teks
1.      Metode intuitif
2.      Metode objektif
3.      Metode gabungan
4.      Metode landasan
5.      Metode edisi naskah tunggal











BAB V
STUDI FILOLOGI BAGI PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN
1.      Filologi
Filologi adalah suatu pengetahuan tentang sastra, sastra dalam arti yang luas. Oleh karena itu, ahli filologi harus mempunyai bekal pengetahuan yang beraneka ragam, terutama pengetahuan bahasa yang menjadi sarana penelitiannya. Adapun wilayah jangkauan studi filologi meliputi aspek kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan.
2.      Kebudayaan
Kebudayaan adalah kelompok adat kebiasaan, pikiran, kepercayaan, dan nilai yang turun temurun dipakai oleh masyarakat pada waktu tertentu untuk menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap segala situasi yang sewaktu-wakti timbul, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan. Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan dan emosi manusia serta menjadi sumber untuk menilai yaitu penilaian baik dan buruk, berharga atau tidak, bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal itu terjadi karena kabudayaan mengandung nilai-nilai normal yang bersumber pada pandangan hidup dan kode etik yang dimiliki oleh setiap manusi (Geetz dalam Parsudi Suparlan, 1980/1981: 238).
3.      Peranan Filologi dalam Pengembangan Kebudayaan
Manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan memiliki akttifitas tertentu yang hasilnya dapat dirasakan oleh generasi kemudian. Manusi dapat berpedoman kepada nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi sebelumnya atau dapat juga mengubahnya. Berkat warisan kebudayaan, manusia dapat mengatasi keruwetan dalam hidupnya. Pewarisan kebudayaan itu dapat terjadi lewat bahasa. Oleh karena itu, ruang lingkup kebudayaan luas sekali maka pengertian bahasa tdak hanya meliputi bahasa dalam arti yang sempit melainkan meliputi segala bentuk simbol dan gambar yang dapat mencatat kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi yang lain (van Peursen, 1976: 143).
Pembangunan di bidang kebudayaan meliputi segala usaha pembinaan dan pengembangan sastra karena karya sastra adalah manifestasi kehidupan bangsa di masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Melalui sastra diperoleh nilai-nilai tata hidup sebagai sarana kebudayaan dan komunikasi antar generasi masa lampau, generasi yang akan datang. Melalui sastra, manusia dapat menghargai kehidupan. Penghayatan terhadap sastra dan kemajuan teknologi modern merupakan dua hal yang harus mengisi untuk mencapai keseimbangan dan keselarasan dalam pembangunan kebudayaan suatu bangsa. Filologi sebagai ilmu pengetahuan yang berperan untuk menyelidiki perkembangan kerohanian suatu bangsa dan kekhusyusannya atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya (Baroroh Bariek at al., 1977: 27), dalam rangka penggalian dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan.

4.      Filologi dan Kebudayaan Nusantara
a.       Letak kepulauan nusantara
b.      Aneka budaya nusantara masa kini
c.       Sumber sejarah kebudayaan nusantara
d.      Filologi sebagai penggali budaya masa lampau
5.      Filologi Alat Evaluasi dan Sumber Inspirasi Pengembangan Kebudayaan
a.       Politik kebudayaan
b.      Peranan budaya masa lampau dalam pengembangan kebudayaan
c.       Filologi sebagai penggali inspirasi pengembangan kebudayaan
Manfaat yang ditemukan dalam  mempelajari sejarah (Nugroho Notosusanto, 1964: 61) yaitu:
1.      Memberikan pendidikan
2.      Memberikan ilham atau inspirasi
3.      Memberikan kesenangan atau pleasure